“Raih kesuksesan dengan menggunakan semua otak, biak otak
sendiri maupun meminjam otak orang lain”. (BS. Wibowo)
Sebelum
membentuk diri dan melejitkan potensi, maka kita mesti memiliki profil pribadi sukses,
orang biasa yang memiliki potensi yang luar biasa.
Seperti
di jaman Nabi saw., priadi-pribadi saabat Nabi tidak menonjol dalam hal jabatan
dan kekayaan tetapi lebih menonjol pada amal dan prestasinya di hadapan Allah.
Abu
Bakar dikenal bukan sebagai saudagar ansich,
tapi lebih sebagai saudagar yang dermawan hingga meginfaqkan seluruh hartanya
di perang Tabuk. Karenanya bagi kita, dikenal atau tidak, tidak masalah, yang
peting bagaimana amal kita diterima Allah dan memperberat timbangan di sisi-Nya.
Future oriented bukan
perut oriented
Ibrahim
bin Adham menasihatkan, “Kamu tidak akan
mencapai derajat orang-orang shalih sebelum melalui 6 jalan berikut:
1.
Pertama, tutuplah pintu kesenangan dan bukalah
pintu kesungguhan,
2.
Kedua, tutuplah pintu ksombongan dan bukalah
pintu kerendahan tawadhu’,
3.
Ketiga, tutuplah pintu bersantai dan bukalah
pintu perjuangan,
4.
Keempat, tutuplah pintu tidur dan bukalah pintu
bangun malam,
5.
Kelima, tutuplah pintu kekayaan dan bukalah
pintu kemiskinan,
6.
Keenam, tutuplah pintu khayalan dan bukalah
pintu persiapan kematian.
Meluarbiaskan diri berarti
memiliki “cara berbeda” dari umumnya
manusia dalam menyikapi dunia. Ia melihat bukan hanya dengan mata tepi dengan
hati dan nurani. Pandangan jauh ke
depan. Orientasinya menembus jauh jangkauan. Cita-citanya tinggi menjulang. Langkahnya tegar.
Kerjanya besar. Tak mudah lelah. Tak gapang menyerah. Tak miskin gairah.
Namun fakta berbeda, kadan perut
mengalahkan segalanya, mengorbankan cita-citanya, mengendalikan nilai yang
diykininya.. inilah orang yang disebut perut oriented, semua demi perut.
Teori motivasi yang terpopuler
adalah teori kebutuhan. Kebutuhanlah yang mendasari tindakan kita. Ada 4 jenis
manusia berdasarkan kebutuhannya.
1.
Manusia perut di bawah perut. Sesuai letaknya dalam
tubuh, ini menunjukkan kualitas kemanusiaaan terbawah. Manusia seperti itu
hidup semata-mata untuk perutnya. Orang seperti ini orientasinya adalah harta,
tahata, dan wanita.
2.
Jenis kedua, naik ke atas sedikit adalah manusia
hati. Orang ini memiliki kebutuhan sosial emosional yan tinggi. Ia butuh
bergaul, memiliki banyak kawan dan dihargai. Kata Sayidina Ali, “Pergaulilah
orang mukmin dengan hatimu dan pergaulilah orang rusak dengan akhlakmu.”
3.
Manusia otak. Inilah manusia yang rasional dan
memiliki keutuhan belajar yang tinggi. Inilah aktifis dan pemikir yang slalu
memutar otak, tapi kata Nabi agar jangan sampai kebablasan, “Berpkirlah tentang
makhluk Allah, jangan kamu berpikir tentang dzat Allah.”
4.
Manusia spiritual. Inilah manusia paripurna yan
senantiasa mencari makna terhadap apapun yang dikerjakannya, menggali arti apa
yang dijalani, dan menebarkan rahmat pada sesama. “Beribadahlah kamu seolah-olah
kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia
melihatmu.” (HR. Bukhari Muslim)